Sabtu, 23 Oktober 2010

Sayyidul Istighfar

Dari Syaddad bin Aus RA dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Sayyidul (penghulu) Istighfar adalah: (( اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ ليِ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ )) “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Engkau, Engkaulah yang telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu, aku ada dalam perjanjian-Mu dan janji-Mu, dengan segenap kemampuanku, aku berlindung diri kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat, aku mengakui kepada-Mu Akan nikmat-Mu yang Kau berikan kepadaku, dan aku mengakui akan dosaku, maka ampunilah aku sebab sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau”. (HR. Bukhari)

THE ALL AMERICAN REJECTS

Another hearts calls




Do you remember when we didn't care?
We were just two kids that took the moment when it was there
Do you remember you at all?
Another heart calls

Yeah, I remember when we stole the night
We'd lie awake but dreaming 'til the sun would wash the sky
Just as soon as I'd see you, but didn't I, but didn't I tell you?
As deep as I need you, you wanna leave it all

What can I do? Say it's true
Or everything that matters breaks in two
Say it's true
I'll never ask for anyone but you

Talk to me, I'm throwing myself in front of you
This could be the last mistake that I would ever wanna do
Yeah, all I ever do is give, it's time you see my point of view

Just as soon as I'd see you, but didn't I, but didn't I tell you?
As deep as I need you, you wanna leave it all

What can I do? Say it's true
Or everything that matters breaks in two
Say it's true
I'll never ask for anyone but you

But I know what you want is to figure it out
And god knows I do too
What can I do? Say it's true
I'll never ask for anyone but you

I'm sorry, so what!
But you don't think I've said enough
I'm sorry, I don't care!
You were never there

Just as soon as I see you but didn't I, but didn't I tell you?
As deep as I need you, you wanna leave it all

What can I do? Say it's true
Or everything that matters breaks in two
Say it's true
I'll never ask for anyone but you

I know what you want is to figure it out
And god knows I do too
Yeah, what can I do? Say it's true
I'll never ask for anyone but you

I'll never ask for anyone but you
I'll never ask for anyone but you
I'll never ask for anyone but you
I'll never ask for anyone but you
I'll never ask for anyone but you

do'a masuk masjid

Ketika masuk masjid, Rasululah SAW. mengajar kita membaca doa Allaahummaftah lii abwaaba rahmatika. " Ya Allah, bukakanlah untukku pintu RahmatMu" HR Muslim

Jumat, 22 Oktober 2010

nama K.N Muhammad

أسماء النبي عليه الصلاة والسلام :بسم الله الرحمن الرحيم اللهم
صلّ وسلّم وبارك على من أشرف أسمائه ، أحمد ، حامد ، محمود ، احيد ، وحيد ،
ماحٍ ، حاشرٌ ، عاقبُ ، طه ، يس ، طاهرٌ ، مطهّرٌ ، طيّبٌ ، سيّدٌ ، رسولٌ
، نبيٌّ ، رسول الرحمة ، قيـّمٌ ، جامعٌ ، مُـقتفٍ ، مُـقـفى ، رسول
الملاحم ، رسول الراحة ، كامل...ٌ ، اِكليل ، مُـدّثرٌ ، مُـزّمّلٌ ، عبد الله
، حبيبُ الله ، صفيّ الله ، نجّي الله ، كليمُ الله ، خاتمُ الأنبياء ،
خاتمُ الرسل ، مُحْي ، مُنجٍ ، مُذكِرٌ ، ناصرٌ ، منصورٌ ، نبيّ الرحمة ،
نبيّ التوبة ، حريصٌ عليكم ، معلومٌ ، شهيرٌ ، شاهدٌ ، شهيدٌ ، مشهودٌ ،
بشيرٌ ، مبّشرٌ ، نذيرٌ ، مُنذرٌ ، نورٌ ، سِراجٌ ، مِصباحٌ ، هُدىً ،
مَهدّيٌ ، مُنيرٌ ، داعٍ ، مَدعوٌّ ، مُجيبٌ ، مُجابٌ ، حفيٌّ ، عفوٌّ ،
وليٌّ ، حقٌ ، قويٌّ ، أمينٌ ، مأمونٌ ، كريمٌ ، مكرّمٌ ، مكينٌ ، متينٌ ،
مُبينٌ ، مُؤمّلٌ ، وَصولٌ ، ذو قوّةٍ ، ذو حُرمةٍ ، ذو مكانةٍ ، ذو عِزٍّ ،
ذو فضلٍ ، مُطاعٌ ، مُطيعٌ ، قدمُ صِدقٍ ، رحمةٌ ، بُشرى ، غوثٌ ، غيثٌ ،
غياثٌ ، نعمة اللهِ ، هديّة اللهِ ، عُروةٌ وثقى ، صِراط اللهِ ، صِراطٌ
مستقيمٌ ، ذكرُ الله ، سيفُ الله ، حِزبُ اللهِ ، النجمُ الثاقب ، مُصطفىً ،
مُجتبىً ، مُنتفى ، أُمّيٌ ، مُختارٌ ، أجيرٌ ، جَبَارٌ ، أبو القاسمِ ،
أبو الطاهرِ ، أبو الطيّبِ ، أبو إبراهيم ، مُشفّعٌ ، شفيعٌ ، صالحٌ ،
مُصلحٌ ، مُهيمنٌ ، صادقٌ ، مُصدّقٌ ، سيّدُ المُرسلين ، إمامُ المُتقيّن ،
قائدُ الغرِّ المُحجّلين ، خليلُ الرحمن ، بَرٌّ ، مَبَرٌّ ، وجيهٌ ،
نصيحٌ ، ناصحٌ ، وكيلٌ ، مُتوكّلٌ ، كفيلٌ ، شفيقٌ ، مُقيمُ السنّةِ ،
مُقدّسٌ ، رُوحُ القدسِ ، رُوحُ الحقِّ ، رُوحُ القسطِ ، كافٍ ، مُكتفٍ ،
بالغٌ ، مُبّلغٌ ، شافٍ ، واصلٌ ، موصولٌ ، سابقٌ ، هادٍ ، مُهدٍ ، مُقدّمٌ
، عزيزٌ ، فاضلٌ ، مُفضّلٌ ، فاتحٌ ، مِفتاحُ الرحمة ، مِفتاحُ الجنّةِ ،
عَلمُ الإيمانِ ، علمُ اليقينِ ، دليلُ الخيراتِ ، مصحّحُ الحسناتِ ،
مُقيلُ العثراتِ ، صَفوحٌ عن الزلاّتِ ، صاحبُ الشفاعةِ ، صاحبُ المقامِ ،
صاحبُ القدمِ ، مخصوصٌ بالعزِّ ، مخصوصٌ بالمجدِ ، مخصوصٌ بالشرفِ ، صاحبُ
الوسيلةِ ، صاحبُ السيفِ ، صاحبُ الفضيلةِ ، صاحبُ الإزارِ ، صاحبُ الحجّةِ
، صاحبُ السلطانِ ، صاحبُ الرِداء ، صاحبُ الدرجةِ الرفيعةِ ، صاحبُ
التاجِ ، صاحبُ المغفرِ ، صاحبُ اللواءِ ، صاحبُ المِعراجِ ، صاحبُ القضيبِ
، صاحبُ البُراقِ ، صاحبُ الخاتمِ ، صاحبُ العلامةِ ، صاحبُ البرهانِ ،
صاحبُ البيانِ ، فصيحُ اللسانِ ، مُطهَّر الجَنَانِ ، رؤوفٌ ، رحيمٌ ،
اُذنُ خيرٍ ، صحيحُ الإسلامِ ، سيّدُ الكونينِ ، عينُ النعيمِ ، عينُ
الغرِّ ، سعْدُ اللهِ ، سعْدُ الخلقِ ، خطيبُ الأمَمِ ، عَلَمُ الهُدى ،
كاشفُ الكُرَبِ ، رافعُ الرُتبِ ، عِزُّ العربِ ، صاحبُ الفرجِ صلّى الله
عليه وعلى آله



Selasa, 22 Juni 2010

Mengasuh Anak Yatim

Kewajiban bagi kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.

Mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut:

1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.

2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.

3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).

4. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah saw bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil.” (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).

5. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim.” (HR Bukhari dan Muslim).

Diceritakan dari sahabat Abu Huroiroh Ra, ia berkata; Rosululloh Saw bersabda: ”Barang siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan orang yang keluar setiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk berjihad Fisabilillah. Dan kelak di surga bersamaku bagaikan saudara, sebagaimana kedua jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah”. (HR Ibnu Majah).

Diceritakan dari sahabat Abu Huroiroh Ra, ia berkata; Rosululloh Saw bersabda: ”Demi Alloh yang mengutusku dengan haq, Alloh tidak akan menyiksa pada hari Qiyamat pada orang yang kasih pada anak yatim, dan ramah, manis tutur kata kepadanya, dan benar-banar menyayangi anak yatim dan memaklumi kelemahannya, dan tidak menyombongkan diri pada tetangganya atas kekayaan yang diberikan Alloh padanya. (HR Th-Thobroni)

Diceritakan dari sahabat Abu Darrin Ra, ia berkata : Rosululloh Saw bersabda:” Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim karena rasa sayang dan karena Alloh, maka Alloh akan memberinya pada setiap rambut yang diusap oleh tangannya beberapa kebaikan”. (HR Ahmad)

Diceritakan dari sahabat Abu Ya’la Ra, ia berkata: Nabi Muhammad Saw bersabda:” Akulah pertama orang yang dibukakan pintu surga, hanya saya melihat seorang wanita yang mengejar, lalu saya bertanya kepadanya, Mengapa kamu ini..?? Ia menjawab: Aku wanita yang dulu yang telah mengasuh anak-anak yatimku”. (HR Muslim).

Dari Abu Hurairah r.a katanya, Rasulullah s.a.w bersabda:”Orang-orang yang bertanggungjawab mengurus anak yatim, baik dari keluarga sendiri atau tidak, maka aku dan dia seperti dua ini di syurga kelak.” Dan baginda memberi isyarat dengan merapatkan jari telunjuk dan jari tengah (ertinya berdekatan).”
(Bukhari)

Huraian
Akibat kematian ayah atau ibu, seorang anak akan merasakan suatu kekosongan dalam hidupnya. Kosong dari curahan kasih sayang dan segala aspek yang memenuhi keperluan hidup seperti makan, minum, pakaian, dan lain-lain. Ini menyebabkan seseorang anak yatim itu selalu dihantui oleh perasaan sedih dan hampa. Realiti yang ada di tengah masyarakat sekarang menunjukkan bahawa majoriti anak yatim yang tidak mendapat perhatian yang sewajarnya mengharungi kehidupan yang begitu sukar, menyedihkan dan tersisih. Islam, sebagai agama yang menitikberatkan perihal kasih sayang sangat menekankan agar kita mengambil berat terhadap anak yatim sehinggakan al-Quran sendiri secara khusus banyak membicarakan masalah anak yatim ini lebih daripada perihal anak-anak yang lain secara umum. Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang maksudnya:”Rumah yang terbaik adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang dihormati dan diperlakukan dengan baik. Rumah yang terburuk adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang dizalimi dan diperlakukan dengan buruk. Anak yatim yang mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup daripada mereka yang menjaganya semestinya akan merasa bahagia dan aman. Namun sekiranya ia tidak mendapat apa yang seharusnya ia peroleh, hidupnya akan rosak dan hal ini menjadi lebih parah jika ia jatuh ke pangkuan orang yang tidak bertanggungjawab yang mendidiknya secara salah dan membentuknya menjadi peribadi yang merugikan masyarakat.

NASIHAT IBNU QAYYIM

NASIHAT IBNU QAYYIM :

Di dalam hati manusia ada kekusutan dan tidak akan terurai kecuali menerima kehendak Allah swt.

Di dalam hati manusia ada keganasan dan tidak akan hilang kecuali berjinak dengan dengan Allah swt

Di dalam hati manusia ada kesedihan dan tidak akan hilang kecuali seronok mengenali Allah swt

Di dalam hati manusia ada kegelisahan dan tidak akan tenang damai kecuali berlindung, bertemu dan berjumpa denganNya

Di dalam hati manusia ada penyesalan dan tidak akan padam kecuali redha dengan suruhan dan laranganNya serta qadha dan qadarNya serta kesenantiasaan sabar sehingga menemuiNya

Di dalam hati manusia ada hajat dan tidak akan terbendung kecuali kecintaan kepadaNya dan bermohon kepadaNya.

Menurut Kantor Berita Ahlul Bait, ABNA, Syeikh Ahmad Turki, Khatib Masjid Nur kawasan
Abbasiyah, Mesir mengisyaratkan tentang penemuan ilmiah berkaitan dengan orang-orang yang menunaikan shalat. Beliau menyatakan: Para ilmuwan telah menetapkan bahwa saat memulai shalat bahan "Dvbamyn" yang terdapat di otak mendatangkan ketenangan spiritual pada manusia.


Dalam wawancara dengan salah satu jaringan TV, beliau menambahkan: bahan ini yang berperan penting dalam pemindahan syaraf neuron di badan manusia yang dikenal dengan "hormon bahagia".


Ahmad Turki menyitir hadis Nabi saw yang mengatakan: Bila Anda merasa lelah maka berlindunglah kepada shalat. Lalu beliau menambahkan: Shalat memeberi ketenangan pada badan manusia. Dan berdasarkan penelitian ini penyebaran bahan ini memberi kepuasan spiritual dan kebahagiaan kepada para pelaku shalat.


Perlu disebutkan bahwa sudah seringkali para ilmuwan dan peneliti Muslim dan non-Muslim yang berhasil membuktikan pengaruh luar biasa shalat terhadap keselamatan fisik dan jiwa manusia.

Minggu, 14 Februari 2010


ASSALAMU 'ALAIKUM

Doa yang selalu terucap dari lisan kita setiap kali memohon pada Allah adalah doa mohon ampunan. Hal ini menandakan bahwa sepanjang hidupnya manusia tidak pernah lepas dari dosa dan kesalahan. Namun Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Dengan segala kebesaranNya, Allah akan mengampuni setiap dosa kecuali dosa syirik. Sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. an-Nisaa’/4 : 48)

“Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih)

Adapun cara Allah mengampuni dosa manusia melalui berbagai jalan, diantaranya:

1. ISTIGHFAR
Istighfar bisa dianalogikan sebagai penghapus atau tipe-x yang biasa digunakan saat kita menulis. Kalau kita salah tulis pakai penghapus atau tipe-x agar tulisan bersih dan rapi bebas dari coretan. Demikian juga dengan istighfar, bisa digunakan untuk mengoreksi kekhilafan-kekhilafan kecil selama kita beraktifitas. Gunakanlah alat ini setiap hari, setiap waktu sepanjang hayat. Insya Allah apa yang kita hasilkan selama hidup akan bersih dan rapi bebas dari kesalahan dan coretan. Dalam setiap aktifitas senantiasa sisipkan istigfar, mohon ampunan pada Allah, karena tak satupu dari kita yang luput dari khilaf dan dosa.

Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain, beliau SAW juga bersabda:
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)

Jika Nabi SAW saja yang sudah dijamin diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang, bagaimana lagi dengan kita yang tidak dijamin seperti itu? Sungguh, kita sebenarnya yang lebih pantas untuk bertaubat dan beristighfar setiap saat karena dosa kita yang begitu banyak dan tidak pernah bosan-bosannya kita lakukan.

2. BERSUSAH PAYAH DALAM MENCARI RIZKI YANG HALAL
Dosa tidak saja terhapuskan melalui pahala ibadah-ibadah ritual. Adakalanya Allah menghapus dosa kita atas usaha dan jerih payah kita dalam mencari rizki yang halal. Setiap keletihan, kelelahan, dan setiap butir keringat yang dicucurkan akan dihitung sebagai penebus dosa. Jadi jangan pernah menyerah dan putus asa.

3. MENGIKHLASKAN BILA TERZALIMI
Ikhlas adalah sifat terpuji dan mulia. Mengikhlaskan bila terzalimi dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang lain adalah sifat orang-orang yang berjiwa besar. Allah akan mengampuni dosa orang-orang yang mengikhlaskan bila ia terzalimi dan hanya menyerahkan segala urusannya hanya pada Allah. Allah Maha Pengampun dan sungguh luas ampunanNya. Sepatutnya pulalah kalau manusia mempunyai sifat pemaaf. Maka maafkanlah dan dapatkan ampunan dari Allah.

4. BERSUSAH PAYAH DALAM MENCARI ILMU
Allah memuliakan orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Begitu utama kedudukan ilmu sehingga Allah memberi ganjaran penghapusan dosa bagi para pencari ilmu.

5. SAKIT DAN KEMUDIAN BERSABAR MENJALANINYA
Sabar adalah kekuatan. Saat sakit mendera raga, hati dan jiwa yang sabar menghadapinya akan dihapuskan dosanya oleh Allah. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah berfirman:
“Ketika Ku timpakan musibah pada seorang hamba, lalu ia bersabar, sungguh Aku malu menghitung dosanya pada Hari Kiamat”.

Demikianlah sebagian cara Allah mengampuni dosa kita, tentunya dosa yang diampuni adalah apabila dilakukan dengan Taubattan Nassuha, yaitu: meninggalkan perbuatan maksiatnya, menyesali yang sudah terjadi, dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi.

Wallaahu a’lam…

Hukum Merayakan Valentin Day

Assalamu 'Alaikum Wr. Wb
Boleh jadi tanggal 14 Februari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu2 oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang2 di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa ‘kasih sayang’, walaupun pada hakikatnya bukan kasih sayang melainkan hari ‘making love’.

Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

SEJARAH VALENTINE’S DAY
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 M yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari” (The World Encylopedia 1998).

Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.

VALENTINE BERASAL DARI BUDAYA SYIRIK
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut2 sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh2. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

HUKUM IKUT PERAYAAN VALENTINE’S DAY
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah SAW telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam. Dan Valentine’s Day adalah salah satu contoh hari besar di luar Islam yang pada hari itu sebagian kaum muslimin ikut memperingatinya, terutama kalangan ramaja dan pemuda.

"Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut" (HR. At-Tirmidzi).

Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan: Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:

PERTAMA: ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.

KEDUA: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara2 rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita). Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan2, minum2, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah SWT melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.

Maka wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala' dan bara' (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar aqidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu'min dan membenci dan menyelisihi orang2 kafir dalam ibadah dan perilaku.

Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual2 agama mereka sehingga terhapuslah nilai2 Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya telah membaca ayat:

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat" (Al-Fatihah:6-7)

Bagaimana mungkin ia memohon kepada Allah SWT agar ditunjukkan kepadanya jalan orang2 mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri justru menempuh jalan sesat itu dengan sukarela? Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin2(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yang zhalim" (QS. al-Maidah/5: 51)

Di dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman:
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang2 yang menentang Allah dan Rasul-Nya..." (QS. al-Mujadilah/58: 22)

Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang2 yang memperingatinya.

Ini adalah suatu kelalaian! Padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta2 ritual agama lain dan tradisi2 Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai2 Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita.

Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang2 yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang2 yang disebutkan dalam hadits qudsi:
"Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku" (HR. Ahmad)

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Seorang muslim dilarang untuk meniru2 kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
• Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.
• Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang2 di luar Islam.
• Valentine's Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh umat Islam memperingati hari Valentin's tersebut.

Katakanlah, “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Wallaahu a’lam…
----------------------------
*) Diambil dari berbagai sumber
Azharul Fuad 12 Februari jam 5:39